Nikmat Manakah yang Kamu Dustakan?

Nikmat Tuhan Manakah Yang Kamu Dustakan

Seorang Guru memberikan tugas kepada siswanya untuk menuliskan 7 Keajaiban Dunia. Malamnya sang Guru memeriksa tugas itu. Sebagian besar siswa menulis demikian:

Tujuh Keajaiban Dunia :

  1. Piramida.
  2. TajMahal.
  3. Tembok Besar Cina.
  4. Menara Pisa.
  5. Kuil Angkor.
  6. Menara Eiffel.
  7. Candi Borobudur.

 

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama. Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut. Tapi Guru itu terus memeriksa sampai lembar yang paling akhir..

Saat memeriksa lembar yang paling akhir itu, sang Guru terdiam. Lembar terakhir itu milik si Gadis Kecil Pendiam..

Isinya seperti ini :

Tujuh Keajaiban Dunia:

  1. Bisa Melihat,
  2. Bisa Mendengar,
  3. Bisa Menyentuh,
  4. Bisa Disayangi,
  5. Bisa Merasakan,
  6. Bisa Tertawa, dan
  7. Bisa Mencintai…

 

Setelah duduk diam beberapa saat, sang Guru menutup lembaran tugas siswanya. Kemudian menundukkan kepalanya berdo’a… Mengucap syukur untuk Gadis Kecil Pendiam di kelasnya yang telah mengajarkannya sebuah Pelajaran Hebat, yaitu:_

Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban…

 

Karena keajaiban itu, ada di sekeliling kita, untuk kita miliki dan tak lupa untuk kita ” SYUKURI “!

Apa sih yang kita cari dalam Hidup ini?

Kita hidup di desa yang sunyi rimbun dengan pepohonan, kita Merindukan kota. Sedangkan yang hidup di kota, merindukan rerimbunan hijau pepohonan.

Kalau kemarau tiba, kita tanya kapan hujan? Di musim penghujan, kita tanya kapan langit cerah?

Diam di rumah, inginnya pergi jalan-jalan. Setelah pergi, inginnya segera pulang ke rumah.

Waktu tenang, cari keramaian. Waktu ramai, cari ketenangan.

Orang berkulit sawo matang malas kena terik, rela maskeran berjam-jam agar kulit menjadi putih. Sedangkan orang bule yang berkulit putih, rela berjemur lama supaya kulitnya tampak kecoklatan.

Ketika masih bujang mengeluh ingin nikah. Sudah berkeluarga mengeluh belum punya anak, setelah punya anak mengeluh betapa beratnya biaya hidup dan pendidikan.

Ternyata SESUATU itu tampak indah, karena BELUM KITA MILIKI…

 

Jadi, kapankah kebahagiaan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, tapi mengabaikan apa yang sudah kita miliki? Maka jadilah pribadi yang SELALU BERSYUKUR dengan rahmat yang sudah kita miliki.

Mungkinkah selembar daun yang kecil dapat menutupi bumi yang luas ini? Menutupi telapak tangan saja sulit. Tapi kalau daun kecil ini nempel di mata kita, maka tertutuplah “BUMI” dengan daun. Begitu juga bila hati ditutupi pikiran buruk sekecil apa pun, maka kita akan melihat keburukan dimana-mana. Bumi ini pun akan tampak buruk!

Jangan menutup mata kita, walaupun hanya dengan daun yang kecil. Jangan menutupi hati kita, dengan sebuah pikiran buruk, walau cuma seujung kuku. SYUKURILAH apa yang sudah kita miliki sebagai modal untuk memuliakanNya. Karena Hidup adalah WAKTU yang dipinjamkan, dan Harta adalah BERKAH yang dipercayakan.

Dan semua itu, kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Jadi… Bersyukurlah atas napas yang masih kita miliki. Bersyukurlah atas keluarga yang kita miliki. Bersyukurlah atas pekerjaan yang kita miliki. Bersyukur & selalu bersyukur di dalam segala hal. Segeralah berlomba dalam kebaikan.

Pekerjaanmu yang banyak adalah impian para pengangguran. Anakmu yang berisik adalah impian wanita yang ditakdirkan tidak punya anak. Rumahmu yang kecil adalah impian orang-orang yang tergusur dan terusir. Hartamu yang sedikit adalah impian mereka yang terlilit hutang. Maka bersyukurlah, bahkan dengan sandal jepit yang engkau miliki, karena di luar sana ada yang tidak memiliki kaki.

Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?). (QS Ar-Rahman [55]. Dalam 31 Ayat yang berulang)

Mari Berhitung dan Merenung Sejenak

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya…” (QS An-Nahl [16]: 18)

Pernahkah kita menanyakan harga Oksigen (O2) di apotik? Jika belum tahu, ketahuilah harganya sekitar Rp 25.000 per liter. Pernahkah kita menanyakan harga Nitrogen di apotik? Jika belum tahu, harganya sekitar Rp. 9.950 per liter.

Tahukah kita? Bahwa dalam sehari manusia menghirup Oksigen (O2) sebanyak 2.880 liter dan Nitrogen 11.376 liter. Jika harus dihargai dengan rupiah, maka Oksigen (O2) dan Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp 170 jutaan per hari untuk satu orang. Jika kita hitung kebutuhan kita sehari Rp 170 juta, maka sebulan Rp 5,1 milyar untuk satu orang.

Pernahkah ada malaikat menagih oksigen dan nitrogen yang kita hirup datang ke rumah setiap bulan? Ketahuilah Presiden, Raja bahkan orang terkaya di dunia apalagi rakyat biasa yang hidupnya sudah susah tidak akan sanggup melunasi biaya napas hidupnya jika Allah Yang Maha Kuasa memakai rumus dagang kepada manusia! Dan ini hanya satu hal saja: “napas” belum yang lain seperti detak jantung, menggerakan tubuh, melihat, merasakan sensasi, mengecap dll.

Dalam QS Ar-Rahman Allah mengingatkan manusia hingga berulang sampai 31 kali dengan kalimat yang sama, dengan jumlah huruf yang sama agar manusia mudah mengingatnya dan pandai bersyukur. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar-Rahman [55])

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mendustai (nikmat Allah).” (QS Ibrahim [14] : 34)

Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata “dusta”; bukan kata “ingkari”, “tolak” dan kata sejenisnya. Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa nikmat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya oleh manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya.

Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!

Maka sekali lagi sebagai penutup tulisan ini. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?

 

Anak Muda Zaman Now

 

person holding magnifying glass

Photo by Maurício Mascaro on Pexels.com

“Dunia sedang melalui masa-masa sulit. Anak-anak muda masa kini hanya memikirkan diri mereka sendiri. Mereka tidak punya rasa hormat kepada orang tua atau orang-orang yang berusia lebih tua. Mereka tidak sabaran. Mereka berbicara seolah-olah mereka mengetahui segalanya dan apa yang kita anggap bijak justru mereka anggap konyol. Terkait anak-anak gadis, mereka agresif, tidak sopan dan tidak anggun dalam berbicara, perilaku dan berbusana”.

Sulit untuk tidak setuju? Padahal, kutipan di atas berasal dari satu ceramah yang disampaikan Peter the Hermit pada 1274 M! Yakni 744 tahun yang lalu! Dari sini kita bisa lihat, tampaknya anak-anak muda dari berbagai masa selalu dicibir oleh generasi lebih tuanya. Mungkin bukan generasi muda yang harus berubah, tetapi generasi tualah yang mesti lebih sedikit berpikiran positif.

Rasanya telah menjadi umum, dalam sebuah ceramah atau artikel tentang moral, para penceramah/penulisnya selalu menukil kisah tentang kriminalitas, masalah amoral, cerita-cerita kejahatan yang membuat miris, hilangnya norma-norma agama dll, yang katanya akhir-akhir ini semakin marak.

Padahal pada faktanya, lebih banyak kebaikan yang terjadi daripada keburukan. Sesuatu yang negatif  memang lebih mudah diingat, diperhatikan, menjadi perbincangan daripada sesuatu yang positif. Itulah mengapa, media lebih sering memunculkan berita yang buruk, karena kebanyakan manusia lebih tertarik dengan hal tersebut. Silakan kita baca surat kabar, atau lihat berita di televisi, kabar buruk seperti bencana, korupsi, perang, atau kejahatan, kerap dijadikan berita utama pada halaman muka. Sementara berita tentang suatu kemajuan jarang diberitakan. Kecenderungan seperti itu terjadi di mayoritas belahan dunia, tak hanya di sebuah wilayah yang penuh konflik.

Sebuah laporan penelitian tentang reaksi manusia terhadap hal-hal negatif yang dipublikasikan dalam Psychological Science membuktikan bahwa orang lebih cepat merespons kata-kata negatif. Hal ini disebut “bias negatif“, suatu istilah psikologi terhadap keinginan kita melahap, dan mengingat berita buruk. Hal itu bukan disebabkan karena kita merasa senang dengan berita kemalangan orang lain, akan tetapi karena kita cenderung untuk bereaksi cepat terhadap potensi ancaman.

Berita buruk dapat menjadi pertanda bahwa kita perlu mengubah apa yang selama ini kita lakukan untuk menghindari bahaya. Akan tetapi, kewaspadaan terhadap ancaman ternyata bukan satu-satunya alasan kenapa manusia cenderung membaca berita buruk. Seseorang memerhatikan berita buruk juga disebabkan karena mereka merasa dunia ini cerah dan kehidupan mereka lebih baik. Pandangan yang menyenangkan itu membuat berita buruk lebih menonjol, hingga akhirnya menjadi perhatian. Begitulah sunatullah, Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada baik tentunya juga ada buruk.

Lantas benarkah keadaan yang terjadi saat ini, karena dunia semakin mendekati akhir zaman, dan tingkah laku manusia semakin kacau? Mendekati akhir zaman sudah pasti, karena waktu semakin bertambah. Tetapi tingkah laku manusia semakin kacau, jawaban sebenarnya tergantung dari pola pikir orang yang memandangnya. Pola pikir ini tergantung dari isi pikiran. Sedangkan isi pikiran tergantung dari buku yang dibaca, siapa teman “nongkrong”, masukan informasi yang didapat dari media-media, perjalanan kehidupan yang dilalui, agama yang dianut, dogma kehidupan yang di terima berkali-kali, budaya lokal, kebijakan sosial yang dilaluinya dan banyak lagi penentu.

Di sinilah akhirnya, yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lainnya bertindak. Informasi mungkin sama, namun reaksi atau tindakan tidak ada yang sama. Karena berbeda “hidupnya”. Faktor pembeda tersebut ditempa sedemikian rupa dalam waktu yang sangat panjang. Inilah yang menjadi kebiasaan dan karakter diri.

Bagi saya yang suka membaca buku-buku pengetahuan, motivasi, bisnis dsb namun tidak suka menonton televisi, acara-acara sinetron, infotainment dan berita-berita kriminalitas, justru memandang kemajuan di dunia ini sangatlah pesat dan semakin banyak peluang yang siap diambil kapan saja.

 

Tanamlah Masa Muda Dengan Hal Positif

Semua orang sukses, telah menanam kesuksesannya sedari muda. Mereka melakukan hal-hal dengan nilai yang positif sedari kecil. Sehingga pada saatnya peluang untuk sukses telah tiba, mereka sudah matang, siap untuk mengambil peluang tersebut dan memetik hasilnya. Hasil luar biasa yang mereka peroleh, tidak didapat dengan instan begitu saja, tetapi dipupuk secara bertahap dan konsisten.

Masa muda adalah masa mencari jati diri, masa membuktikan eksistensi, masa mencari perhatian dan masa penuh semangat dan bergairah. Dengan keunggulan dan kelebihan pada usia muda seperti semangat masih membara, tenaga masih kuat, pikiran masih fresh dan tekad yang kuat, maka dalam Islam, masa muda akan diminta pertanggung jawabannya secara khusus.

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya darimana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).”  (HR. At-Tirmidzi, Ash-Shahihah no. 946)

Usia akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban untuk apa dihabiskan. Masa muda termasuk dalam usia, akan tetapi selanjutnya, masa muda kembali ditanyakan dan diminta pertanggung jawaban secara khusus. Oleh karena itu masa muda ini perlu benar-benar diperhatikan, terlebih pemuda adalah generasi penerus.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata, “Para pemuda pada setiap umat mana pun, mereka adalah tulang punggung yang membentuk unsur pergerakan dan dinamisasi. Pemuda mempunyai kekuatan yang produktif, kontribusi yang terus menerus. Tidak akan bangkit suatu umat umumnya kecuali ada kepedulian dan sumbangsih para pemuda dan semangat menggelora.”

Sangat luar biasa jika seorang pemuda dengan berbagai macam godaan dunia, mereka tetap teguh beragama dan istiqamah. Padahal pemuda masih cenderung terhadap dunia serta memiliki kemampuan dan semangat untuk meraihnya. Oleh karena itu pemuda seperti ini mendapat naungan Allah di hari yang sangat susah pada kiamat kelak.

Dalam sebuah hadist, HR. Bukhari no. 1357 dan Muslim no. 1031 disebutkan ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya. Salah satu golongan itu adalah “Seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah”.

Hendaknya para pemuda mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif atau mencari-cari kegiatan positif. Misalnya menghadiri majelis ilmu, menghapalkan Al-Quran dan sunnah, membuat kegiatan sosial dan lain-lainnya.

Tidak lupa juga segera mencari teman yang baik, teman bergaul yang baik. Karena ini akan menjadi faktor penentu kesuksesan hidup. Potensi dan karakter diri akan dibangun bersama lingkungan dimana diri terbentuk. Berteman dengan orang baik akan menjadikan diri baik, sebaliknya berteman dengan orang tidak baik akan membuat diri menjadi tidak baik.

Masa muda tak dapat dipungkiri merupakan masa yang sangat labil serta mudah terpengaruh dan terhasut oleh lingkungan dan pertemanan. Salah satu penyebab kerusakan pemuda adalah kekosongan waktu alias tidak ada kegiatan yang bernilai positif. Jika tidak diisi dengan kegiatan positif, maka akan diisi dengan kegiatan negatif.

Ketika pemuda mengalami kekosongan waktu (kosong dari kegiatan positif), maka mereka mulai mencari-cari kegiatan atau mengisinya dengan kegiatan yang paling minimal sia-sia dan kurang bermanfaat seperti nongkrong-nongkrong tidak jelas. Belum lagi ada yang merasa kurang perhatian baik dari keluarga dan temannya, maka ia akan melakukan hal-hal yang aneh, ajaib bahkan vulgar agar tetap eksis dan merasa keren dan hebat. Walaupun kenyataannya, justru kampungan dan pecundang.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”  Inilah kaidah kehidupan, bahwa jika kita tidak mengisi kehidupan dengan kegiatan positif, kita tidak mencari kegiatan positif, maka pasti akan terisi dengan kegiatan yang negatif atau minimal sia-sia dan kurang bermanfaat. Apalagi bagi seorang pemuda yang jiwanya masih bergelora.

Akhir kata, selamat hari santri nasional pada tanggal 22 Oktober nanti, Semoga Allah menjaga pemuda muslim dan muslimah. Semoga kesuksesan menghampiri kalian segera, dalam usia yang masih muda. Aamiin ya Rab..

Jangan Lebay, Mari Berpikir Kritis dan Tabayyun

photo_2914_landscape_650x433

Kita pernah dengar soal “bumi datar”? Hal yang sangat tidak masuk akal tapi bahkan ada komunitas global untuk orang-orang yang percaya bahwa bumi ini datar. Semakin dibantah, kebanyakan kaum bumi datar malah semakin tidak percaya kalau bumi itu bulat. Apa saja yang membuat otak memberikan “izin” bagi keyakinan untuk mempercayai suatu hal?

Orang marketing dan periklanan paling tahu mengenai hal ini. Informasi diberikan berulang-ulang bisa membuat “izin” itu keluar. Makanya dulu iklan rokok dengan gambar laki-laki “macho” dan “gaul” muncul di mana-mana; televisi, baliho, atau media massa. Sehingga banyak orang setiap hari melihat iklan itu, lalu percaya dan muncul keyakinan kalau tidak merokok, kamu tidak “macho” dan tidak “gaul”.

Setelah keyakinan itu muncul dan mendarah daging, maka apa pun fakta yang diberikan terkait bahaya merokok, mudharatnya kepada mereka yang perokok dan bahkan orang sekitarnya. Semua itu akan menjadi percuma. Alias lewat sambil lalu saja. Perokok akan tetap merokok dan meyakini manfaat dari rokok dengan berbagai macam alasan. Padahal manfaat dari merokok itu hanya sekedar alasan kejiwaan baginya. Misalnya kalau habis makan dia merokok maka mulutnya terasa nikmat. Atau ketika merokok ide-ide bermunculan di kepalanya dll. Intinya seluruh kebenaran fiktif sudah bertumpuk dalam sistem pikirannya, dan dirinya merasa benar walaupun salah.

Kalau tidak percaya, coba saja berikan alasan kepada para perokok untuk berhenti merokok. Pasti mereka akan membantah dengan lebih banyak lagi alasan. Semakin dibantah dan dengan banyak argumen, maka yang terjadi adalah semakin lebih banyak lagi mereka memberi argumen. Hal ini dalam psikologi disebut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yang menghindarkan kita dari rasa “sakit” atau rasa “malu” bahwa kita sebenarnya salah.

Apalagi tahun politik di Indonesia saat ini, banyak orang seolah kehilangan kemampuannya untuk berpikir kritis. Masing-masing kubu pendukung kehilangan akal sehatnya. Jika kita memberikan fakta objektif tentang kebaikan lawan kubu mereka dan keburukan kubunya, maka hal itu sama sekali tidak akan mempengaruhi para pendukung fanatiknya. Tidak akan ada yang terpengaruh. Fakta-fakta tidak akan mengubah argumen mereka. Sekeras apa pun faktanya, tidak ada gunanya.

Fenomena ini merupakan hal baru di Indonesia, namun sudah diteliti sejak 1956 oleh Leon Festinger, psikolog sosial dari Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat. Intinya, setiap orang (tidak hanya para pendukung fanatik) dalam situasi tertentu bisa berhenti “berpikir kritis”. Umumnya untuk mencapai sebuah kesimpulan, seseorang akan mencari bukti-bukti memperkuat dugaannya. Pada proses ini, ketika orang itu menemukan satu saja “bukti” mendukung. Orang yang tidak terbiasa berpikir kritis akan mengizinkan otak mempercayainya bahkan ketika yang disebut “bukti” ini sebenarnya hoax, setengah hoax, desas-desus, atau berita belum terkonfirmasi. Tidak masalah, begitu otak memberikan “ijin”, atau akses, maka orang ini akan percaya 100%. Fenomena ini dinamakan “Motivated Reasoning”. Dinamakan demikian karena emosi dan motivasi mengalahkan fakta dan bukti-bukti empiris.

Penelitian terbaru membuktikan bahwa otak tidak dapat membedakan antara fakta dengan opini yang kita sukai. Ini juga menjawab mengapa kita enggan membaca tulisan atau berita yang tidak kita sukai, meski beritanya benar.

Begitu keyakinan itu menancap di otak, dan kita sukai. Maka sudah sulit untuk mengubahnya. Tiga penelitian psikologi berbeda masing-masing di tahun 1986, tahun 1992, dan tahun 2006 saling mengkonfirmasi bahwa belum ada resep instan mengatasi fenomena ini. Ketiganya diteliti para profesor psikologi dan terbit di jurnal internasional. Journal of Personality vol.54, Journal of Personality and Social Psychology vol. 63 dan vol. 91.

Apakah orang tidak berpendidikan mudah terpengaruh? Menurut Dr. Steven Novella, neurologist dari Yale University malah sebaliknya. Kata dia “Tidak!, justru orang dengan pendidikan tinggi lebih mudah terpengaruh!” Banjir informasi di berbagai media sosial dan hoax yang hampir tiap hari berjejal di status Whatsapp, Instagram, dan Facebook membuat kita semakin susah lagi untuk lebih obyektif.

Apalagi orang berpendidikan yang dianggap lebih tahu itu akan memperbesar lagi efeknya. Informasi yang muncul dari orang yang dianggap lebih tahu, dari institusi terlihat resmi atau dari media “terpercaya” akan dengan mudah lagi dipercaya sebagai kebanaran. Penjelasan soal bumi datar, kalau kita pernah tonton Youtube-nya ada penjelasan bahwa informasi itu berasal dari organisasi resmi tertentu. Diperkuat lagi penjelasan seorang ahli, bisa profesor, doktor, dan lain-lain.

 

Langkah Untuk Berfikir Kritis

Langkah pertama untuk membebaskan diri dari belenggu keyakinan “salah” ini yaitu dengan terus-menerus mempertanyakan informasi yang kita baca atau dengar. Tidak mudah. Selain itu kita harus selalu mempertanyakan diri, bahwa semua informasi yang kita dapat bisa salah. Dalam Islam, cara ini dinamakan tabayyun, (klarifikasi). Mindset harus dibangun adalah bahwa saya manusia, dan (dalam Islam) manusia tidak pernah 100% benar. Selama masih manusia, mau profesor, ulama, doktor, guru, selalu mungkin salah, tidak pernah selalu benar. Karena kebenaran sejati hanya milik Allah SWT.

Langkah kedua, Jangan berlebihan mencintai sesuatu. Misalnya orang yang dikasihi, kasihi sewajarnya sajalah, karena kemungkinan suatu hari orang yang dicintai itu akan menjadi musuhmu. Demikian pula sebaliknya, jangan berlebihan dalam membenci orang yang tidak disukai, sedang-sedang saja karena kemungkinan ia kelak menjadi kekasihmu.

“Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu disuatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu” (Riwayat Turmidzi)

Makna hadits ini senada dengan firman-Nya yang artinya : ”(maka bersabarlah kalian) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS: An nisa ; ayat 19).

Langkah ketiga, berpikiran positif dan terbuka. Memiliki pikiran yang positif dan terbuka sama artinya ketika kita tahu bahwa kita benar, tetapi tidak menolak kemungkinan salah dan mau mendengar opini atau sudut pandang orang lain yang berbeda meski tak sesuai dengan pemikiran kita. Menjadi orang yang berpikiran terbuka tidak menentang dengan keras pikiran orang lain tersebut. Bukan berarti juga menerima segala hal dengan mentah-mentah. Tetapi jujur kepada diri sendiri, dan menyadari bahwa kita sebagai manusia adalah tempatnya salah dan lupa.

Terakhir, milikilah mindset/paradigma/landasan berpikir dan keyakinan yang benar. Cara kita dalam menyikapi dan menyimpulkan sesuatu dipengaruhi oleh sudut pandang kita dalam melihatnya. Dengan memiliki landasan berfikir/mindset yang benar, insyaAllah kita akan mampu memandang sesuatu dengan benar. Hal ini tidak mudah, karena untuk mencapai hal tersebut artinya kita perlu terus menerus menambah wawasan keilmuan, mengasah hati, menjernihkan jiwa dan tidak pernah berhenti untuk melakukan refleksi diri.

Mari kira merenung, berfikir mendalam, intropeksi, juga selalu berdoa kepadaNya agar selalu ditunjukan dan dalam jalan yang benar.

Wallahua’lam bishawab…

 

 

 

Referensi

https://edukasi.kompas.com/read/2018/08/13/20565731/tahun-politik-tahun-berhentinya-fungsi-otak-berpikir-kritis

Luruskan Niat, Petiklah Kesuksesan

 

 

Seorang pemuda melihat dua orang petani yang sedang bekerja menanam padi di sawah. Kedua orang petani tersebut melakukan hal yang sama, tetapi raut wajahnya berbeda. Petani pertama tampak kurang bersemangat, sedangkan petani kedua sangat bergairah dan memiliki raut muka yang riang.

Berbeda dengan petani kedua, sambil mengeluh petani pertama mencangkuli sawahnya. Dia tampak kelelahan dan tidak bahagia. Pemuda itu menanyakan pada petani pertama, “Apa yang sedang Bapak lakukan?”

Petani pertama menjawab, “Kamu tidak melihat? Saya sedang menanam padi!”

Si pemuda lalu menanyakan hal yang sama pada petani kedua.

Sang petani kedua lalu menjawab dengan tersenyum, “Saya sedang memikirkan cara dan berjuang memberi makan orang-orang sedesa ini.”

 

Apa yang bisa kita pelajari dari kedua petani di atas? Terkadang kita melakukan sesuatu hanya memikirkan sesaat apa yang kita lakukan. Jika kita akan mendapatkan sesuatu, maka belajarlah untuk memberikan sesuatu bagi orang lain. Seorang yang luar biasa tidak hanya memikirkan dan meniatkan apa yang dilakukannya sesaat saja, melainkan berpikir jauh ke depan. Memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan. Memiliki niat yang sangat mulia. Seberapa besar tujuan dan kedalaman kita berpikir, kebesaran kita berniat akhirnya berimbas pada pekerjaan jangka panjang dan kesuksesan kita.

 

Lurusakan Niatmu

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. (HR Bukhari & Muslim).

Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu salah dan rusak, maka amal yang dilakukannya pun ikut salah dan rusak sebesar salah dan rusaknya niat.

Dalam Islam, hal pertama yang wajib Anda miliki dalam beribadah ataupun melakukan sesuatu adalah niat. Awalilah dengan niat yang kuat untuk melakukan usaha dengan sungguh-sungguh. Niat Anda memiliki daya dorong yang luar biasa untuk memperoleh kesuksesan, niat juga menentukan diterima tidaknya suatu amal manusia, oleh karena itu kita harus meluruskan niat agar dibimbing oleh Allah SWT menuju kepada kesuksesan. Niat yang tulus dan benar akan melahirkan suatu motivasi dalam meraih suatu kesuksesan dan menghantarkan seseorang pada tujuan yang dicita-citakannya

Niat yang sungguh-sungguh membentuk pola pikir akan terus bekerja sesuai besarnya keinginan yang telah tertanam dalam hati dan pikiran kita. Dari hati dan pikiran akan memberikan pengaruh yang besar kepada tubuh untuk mulai bergerak bekerja meniti jalan yang telah kita pikirkan atas dorongan niat yang kuat di awalnya. Bukankah kita sudah menyadari bahwa segala apa pun yang kita lakukan adalah berawal dari niat?

Kita bisa bayangkan dalam benak masing-masing jika setiap doa dan usaha yang kita usahakan tanpa adanya niat yang baik atau niat yang kuat tentunya juga akan membuahkan hasil yang tidak sempurna.

Bahkan, seorang multimiliuner pendiri maskapai penerbangan Virgin Group, menekankan bahwa niat adalah salah satu kunci kesuksesannya. Sebelum memulai aktivitasnya, ketika bangun tidur yang ia lakukan adalah menata niatnya dengan baik. “Menghabiskan satu hari tanpa niat sama saja dengan kita telah membuang-buang waktu” – Richard Branson.

Kunci pertama kesuksesan di dunia dan akhirat berawal dari niat. Maka perbaikilah niat agar selaras dengan nilai-nilai ibadah. Karena pada dasarnya setiap pekerjaan yang baik, yang dilakukan dengan niat yang baik, merupakan ibadah kepada-Nya.

Semua hal yang baik akan menjadi baik apabila diawali dengan niat yang baik. Jadi benarlah apa yang dikatakan John Maxwell: “Orang yang sukses dan yang tidak, tak memiliki banyak perbedaan dalam kemampuannya. Yang membedakan cuma keinginan (niat) untuk meraih potensi diri mereka – John Maxwell

 

Niat Baik Saja Belum Cukup, Selaraskan Dengan Perbuatan!

Ada dua orang petani di tempat berbeda yang ladangnya sedang dilanda kekeringan. Di daerah mereka bercocok tanam sudah lama tidak datang hujan. Kedua petani itu pun memanjatkan doa mereka kepada Allah agar hujan turun sehingga mereka bisa kembali bercocok tanam.

Doa mereka sama, niat mereka sama, ketulusan hati mereka dalam memanjatkan doa juga sama, namun mereka berbeda dalam hal yang mereka lakukan setelah mereka berdoa.

Petani pertama tidak berbuat apa-apa, ia hanya berdoa dan berdoa. Ia begitu prihatin dengan ladangnya yang kering, ia juga khawatir apabila keluarganya kehabisan bahan makanan dan nantinya akan mati kelaparan.

Petani kedua selain berdoa, ia mempersiapkan ladangnya untuk hujan. Dia mencangkul tanah yang kering, ia mempersiapkan bibit dan pupuk untuk bercocok tanam. Padahal belum ada tanda-tanda hujan.

Kira-kira petani mana yang doanya dikabulkan oleh Allah?

 

“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apaapa yang pada diri mereka…” (QS 13:11)

Awali dengan menanam niat atau hati dan pikiran, petiklah gagasan. Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan. Tanamlah kebiasaan, petiklah watak. Tanamlah watak, petiklah nasib.

Dimulai dari niat, gagasan yang diwujudkan dalam tindakan, kemudian tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berkali-kali akan menjelma menjadi watak, dan watak inilah yang akhirnya mengantarkan kita kepada nasib. Jadi nasib kita, kita sendirilah yang menentukan.

 

Niat Baik yang Dilakukan Dengan Baik Akan Menghasilkan Hal yang Baik

Sebuah kisah inspiratif terjadi di China pada tahun 1938. Saat itu masa peperangan di mana Ciang Kai Sek menjabat sebagai komandan laskar di Nan Chang.

Di waktu luang, banyak tentara berbelanja keperluan sehari-hari. Saat itu mata uang yang digunakan adalah Yen. Kaum wanita berusia lanjut dan lemah berjajaran di sepanjang jalan menjual handuk dan kaos kaki untuk keperluan tentara.

Suatu hari seorang nenek menangis terisak-isak. Rupanya seseorang telah membeli banyak sekali dagangannya dengan kepingan uang Yen palsu. Ketika nenek itu sadar uang itu palsu, si pembeli sudah lenyap entah ke mana.

Kebetulan lewat seorang tentara yang baru gajian. Melihat sang nenek sangat sedih, ia menghiburnya. “Tak usah sedih Nek, gaji saya cukup. Tukarkan uang palsumu kepada saya sebagai kenang-kenangan. Nah, ini ambillah. Semoga dapat menjadi modal usahamu kelak.”

“Mana boleh ? Mana mungkin saya menerima sementara Anda yang mengorbankan uangmu”. Si Nenek bersikeras tidak mau menerima tawaran si tentara. Tapi karena tak tega menolak ketulusannya, akhirnya ia menerima juga dengan ucapan terima kasih yang mendalam.

Selang beberapa bulan si Tentara berdinas kembali ke kota Nan Chang dan mencari Nenek yang malang itu. Dia berkata bahwa kepingan Yen palsu itu telah menyelamatkan nyawanya.

Ceritanya ketika dia berada di barisan depan dalam medan. pertempuran, tiba-tiba sebuah peluru menghantam dadanya.

“Tamat sudah kali ini,” pikirnya hingga pingsan karena ketakutan.

Tapi begitu mata dibuka, sakitnya tidak terasa. Dirabalah dadanya tapi tak ada darah sedikit pun. Waktu menyentuh kepingan logam yang berada di kantong kirinya ternyata kepingan uang Yen palsu itu sudah cekung akibat peluru.

Siapa bilang perbuatan baik dan jahat tiada akibatnya? Hanya karena waktu belum matang, hingga benih kebaikan yang ditabur belumlah berbuah. Inilah salah satu kesaksian betapa pentingnya memupuk kebajikan.

Jadi, mari luruskan niat, petiklah kesuksesan!

 

Allah Bersama Kita

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”. (QS At Taubah:40)

 

Seorang pria setengah baya mendatangi seorang guru ngaji,

“Ustad, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan.

Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Ustad pun tersenyum, “Oh, kamu sakit.”

“Tidak Ustad, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Ustad meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu  sebabnya  kita  jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian ujar sang Ustad.

“Tidak Ustad, tidak. Saya sudah betul- betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang Ustad.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”

“Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Ustad yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Tapi ustad yang satu ini aneh. malah Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.

Pulang ke rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Ustad edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.

Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran masakan Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil  makan,  ia  bersenda  gurau.

Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu.” Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali, “Mas, apa yang terjadi hari ini? Selama ini, mungkin aku salah. Maafkan aku, mas.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang.

Stafnya pun bingung, “Hari ini, Bos kita kok aneh ya?”

Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.

Pulang ke rumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Mas, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.”

Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, ayah selalu stres karena perilaku kami semua.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

”Ya Allah, apakah maut akan datang kepadaku. Tundalah kematian itu ya Allah. Aku takut sekali jika aku harus meninggalkan dunia ini “.

Ia pun buru-buru mendatangi sang Ustad yang telah memberi racun kepadanya.

Sesampainya di rumah ustad tersebut, pria itu langsung mengatakan bahwa ia akan membatalkan kematiannya. Karena ia takut sekali jika ia harus kembali kehilangan semua hal yang telah membuat dia menjadi hidup kembali.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Ustad langsung mengetahui apa yang telah terjadi, sang ustad pun berkata.

“Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok.. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kepasrahan, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan.

Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan. percayalah .. Allah bersama kita.”

Lalu Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Ustad, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Ah, indahnya dunia ini …

 

Setiap Orang Punya Masalah, Jalani dan Hadapi

Setiap orang pasti pernah punya masalah atau persoalan. Allah sendiri berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)

So, jangan galau! rasa takut dan gelisah itu adalah ujian Allah kepada kita. Optimis, jangan selalu menggantungkan diri pada orang lain, keinginan untuk mencari simpati mereka keinginan untuk dipuji, karena itu yang sering membuat hati kita gelisah. Dan pastinya selalu minta pertolongan kepada Allah.

“hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan”

 

Menghadapi Masalah Dengan Sabar dan Shalat

Sikap seorang muslim yang baik adalah sabar ketika menghadapi musibah. Bersabar ketika hati dirundung masalah. Seperti FirmanNya: “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya yang demikian  itu amatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS Al Baqarah: 45)

Dengan bersabar bisa menenangkan jiwa, juga menstabilkan pikiran kita yang sedang kacau dirundung masalah.

 

Menghadapi Masalah Dengan Dzikrullah (Mengingat Allah) dan Membaca Al-Quran

Mengingat Allah akan menjadikan hati kita menjadi tenang, Galau kita akan menjadi tenang jika kita mengingat kepada Allah. Dengan mengingat Allah jiwa kita akan lebih tenang untuk menghadapi persoalan yang ada, sehingga sedikit demi sedikit rasa galau itu akan berangsur-angsur hilang. Sebagaimana firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28).

Jika kita lalai mengingat Allah ,hati kita akan galau ,gelisah karena hati kita hanya di penuhi dengan angan -angan yang sifatnya duniawi. Ketika hati kita gelisah maka sebisa mungkin perbanyaklah waktu membaca Al quran. Karena Alquran bisa menjadi obat dan penawar bagi kita.

“Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang mu’min.” (QS. Al Isra: 82)

So, jangan galau lagi ! Innallaha Ma’ana.  Allah beserta kita. jangan takut dan jangan bersedih. Demikian Allah telah memberikan solusi, cara-cara bagaimana kita menyikapi sebuah permasalahan yang terjadi. Maka optimis dan yakinlah Allah tidak akan membebankan sesuatu melainkan dengan kesanggupan kita.

Semoga kita selalu berpikir positif, bergerak ke arah yang lebih baik, untuk mencapai tujuan kita, bisa membawa manfaat bagi diri kita juga orang lain tentunya.

La Tahzan Innallaha Ma’ana.

 

 

 

Tak Ada yang Mustahil dengan Usaha dan Tawakal

“Kalau kita yakin Allah SWT bisa melakukan apapun dan mengabulkan doa setiap hambaNya, mengapa kita hanya meminta hal yang kecil?”

Seorang anak berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi. Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya.

“Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” tanya ayahnya.

Ia menjawab, “Mungkin 1 dolar ”

“Bisakah dijual seharga 2 dolar? Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu,” ujar Ayahnya.

“Saya akan mencobanya,” tanggap sang anak.

Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual 2 dolar dan berlari pulang.

Esoknya, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba sekarang kau jual seharga 20 dolar?”

“Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya 2 dolar,” sahutnya kepada sang Ayah.

Ayahnya berkata, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu?”

Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan karakter Donald Duck yang lucu dan Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan terjual 25 dolar.

Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya,

“Apakah engkau mampu menjualnya dengan harga 200 dolar”

Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya. Kemudian terjual 1500 dolar!

Malamnya, ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?”

Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya.”

Ayahnya menggelengkan kepala, “Engkau tidak salah, tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar saja bisa ditingkatkan nilainya. Apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?” ujar sang ayah.

Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia. Ia adalah Michael Jordan!

Kisah tersebut memang belum tentu kebenarannya, tetapi nilai-nilai kegigihan didalamnya mengandung kebenaran. Bahwa tidak ada yang mustahil selama manusia mau berpikir dan berusaha. Sejarah telah mencatat banyak keajaiban dalam kehidupan kita. Misalnya: manusia tidak mampu terbang, namun berkat lahirnya mimpi dan kegigihan orang-orang yang terobsesi untuk terbang, dengan hal tersebut, kita bisa melihat pesawat terbang saat ini.

 

Tahukah Anda, ketika kita bertawakal kepada Allah atas suatu urusan, maka sesungguhnya kekuatan Allah-lah yang akan bekerja. Karena, dengan bertawakal kepada-Nya, berarti kita melibatkan Allah dalam urusan kita. Kita mengharapkan pertolongan-Nya agar urusan kita berhasil dengan baik. Dan, sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan tawakal hamba-Nya. Allah Mahakuasa untuk memberikan apa yang kita harapkan.

Tidak ada yang sulit bagi Allah. Segalanya mudah bagi-Nya. Ketika Dia berkehendak atas sesuatu, cukuplah bagi-Nya mengatakan, “Kun fayakun” (Jadilah, maka terjadi). Al-Qur’an menerangkan, “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin [36]: 82).

Karena itu, mudah saja bagi Allah untuk mengeluarkan kita dari kesulitan yang mengimpit menuju kemudahan dan kelapangan. Teramat mudah bagi Allah untuk memudahkan urusan kita dan memberikan rezeki berlimpah bagi kita. Sangat mudah bagi Allah untuk menganugerahkan keberhasilan bagi kita. Segalanya ada dalam genggaman dan kuasa Allah Swt.

Karena itu, apapun urusan kita, lakukan usaha terbaik, perkuat dengan doa dan amal saleh, selebihnya pasrahkan secara total kepada Allah. Insya Allah, kekuatan Allah-lah yang akan bekerja. Dan, jika Allah telah “turun tangan” memberikan pertolongan-Nya kepada kita, apapun urusan kita akan berhasil dan sukses.

tawakalajadulu

Langkah Pertama Sukses: Meningkatkan Kualitas Diri, Membangun Pondasi “Akhlak”

Tahukah anda bahwa pohon bambu tidak akan menunjukkan pertumbuhan berarti selama 5 tahun pertama. Walaupun setiap hari disiram dan dipupuk, tumbuhnya hanya beberapa puluh centimeter saja.

Namun setelah 5 tahun kemudian, pertumbuhan pohon bambu sangat dahsyat dan ukurannya tidak lagi dalam hitungan centimeter melainkan meter. Lantas sebetulnya apa yang terjadi pada sebuah pohon bambu ?

Ternyata selama 5 tahun pertama, ia mengalami pertumbuhan dahsyat pada akar (BUKAN) pada batang, yang mana daripada itu, pohon bambu sedang mempersiapkan pondasi yang sangat kuat, agar ia bisa menopang ketinggiannya yang berpuluh puluh meter kelak dikemudian hari.

Jika kita mengalami suatu hambatan dan kegagalan, bukan berarti kita tidak mengalami perkembangan, melainkan justru kita sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa di dalam diri kita.

Ketika kita lelah dan hampir menyerah dalam menghadapi kerasnya kehidupan, jangan pernah terbersit pupus harapan. Ada pameo yang mengatakan “the hardest part of a rocket to reach orbit is to get through the earth’s gravity” (“bagian terberat agar sebuah roket mencapai orbit adalah saat melalui gravitasi bumi”).

Jika kita perhatikan, bagian peralatan pendukung terbesar yang dibawa oleh sebuah roket adalah jet pendorong untuk melewati atmosfer dan gravitasi bumi. Setelah roket melewati atmosfer, jet pendorong akan dilepas dan roket akan terbang dengan bahan bakar minimum pada ruang angkasa tanpa bobot, melayang ringan, tanpa usaha keras.

Demikian pula dengan manusia, bagian TERBERAT dari sebuah KESUKSESAN adalah disaat awal seseorang MEMULAI USAHA dari sebuah perjuangan, karena segala sesuatu terasa begitu BERAT dan PENUH TEKANAN.

Namun bila ia dapat melewati batas tertentu, sesungguhnya seseorang dapat merasakan segala kemudahan, kebebasan dari tekanan dan beban. Namun sayangnya, banyak orang yang MENYERAH disaat tekanan dan beban dirasakan terlalu berat, bagai sebuah roket yang gagal menembus atmosfer.

Buya Hamka berkata “kalau hidup sekedar hidup,  babi  di  hutan  juga  hidup dan kalau kerja sekedar kerja, monyet juga bekerja”. Ketika pohon bambu ditiup angin kencang, ia akan merunduk, tetapi setelah angin berlalu, dia akan tegak kembali, laksana perjalanan hidup seorang manusia yang tak pernah lepas dari cobaan dan rintangan. Maka jadilah seperti pohon bambu !

Fleksibilitas pohon bambu mengajarkan kita sikap hidup yang berpijak pada keteguhan hati dalam menjalani hidup, walaupun badai dan topan menerpa.

Tidak ada kata menyerah untuk terus tumbuh, tidak ada alasan untuk terpendam dalam keterbatasan, karena bagaimanapun pertumbuhan demi pertumbuhan harus diawali dari kemampuan untuk mempertahankan diri dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.

Pastikan dalam hari hari ke depan, hidup kita akan MENJULANG TINGGI dan menjadi PEMBAWA BERKAH  bagi sesama, seperti halnya pohon bambu. Belajarlah menjadi seperti pohon bambu yang kuat, namun pasrah dan berserah diri: fleksibel mengikuti hembusan angin.

Memerdekakan Hati dan Pikiran

head-2379686_640Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana, kakinya terluka karena kerikil tajam. Ia berpikir, “Ternyata jalanan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.”

Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan permadani dari kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.

Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang bijak menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, “Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini? padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja.” Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “Sandal“.

Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadang kala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri, bukan dengan jalan mengubah dunia itu atau bahkan malah menyesali takdir yang telah terjadi dalam kehidupannya. Baca lebih lanjut

Niat Baik Saja Tidak Cukup

Pada suatu hari seorang suami meminta istrinya untuk membuat rendang ala masakan Padang. Lalu si istrinya mempersiapkan segala sesuatu untuk membuatnya dengan niat baik, memenuhi keinginan suaminya. Tapi cara membuatnya salah, seharusnya diberi santan kelapa tapi dia beri kecap. Maksudnya supaya berwarna kehitam-hitaman, karena begitulah warna rendang yang dia tahu. Akhirnya masakan itu tidak jadi RENDANG, tapi jadi SEMUR. Niatnya memang sudah baik tapi caranya tidak benar sehingga dia tidak mencapai tujuannya untuk membuat rendang.

Jika ada seseorang yang membangun rumah hanya bermodalkan niat baik saja, dia tidak mengerti bangunan dan dia tidak mengerti teori membangun rumah apakah dia akan berhasil membangun rumah yang baik dan nyaman serta kokoh? Saya rasa jawabannya tidak, lalu bagaimana apabila ada seseorang yang ingin menyetir mobil manual hanya bermodalkan niat baik saja, dia tidak mengerti bagaimana menselaraskan antara pedal kopling dan pedal gas, hanya bermodalkan niat baik apakah dia bisa mengendarai mobil tersebut? Saya rasa jawabannya pun tidak.

Bagaimana dengan agama kita? Bagaimana dengan shalat kita, puasa kita, zikir kita, shalawat kita, istigasah kita, istianah kita dan ibadah-ibadah yang lain? Mungkinkah akan mencapai sukses di dunia dan di akhirat hanya bermodalkan niat baik? Maka jawabannya sama dengan sebelumnya, TIDAK! Nabi bersabda dalam hadits Muslim; “Barang siapa yang mengerjakan amal ibadah yang tidak pernah kami contohkan, kami ajarkan, kami terangkan, kami syariatkan maka amal ibadah tersebut tertolak”

“Yang penting niat dan tujuannya baik”, itulah ungkapan yang sering didengar dari para pelaku perbuatan yang menyelisihi syariat, ketika tidak lagi memiliki alasan lain. Ungkapan ini dijadikan tameng untuk menangkis teguran dan kritikan yang diarahkan kepadanya.

Bahkan ada yang menjadikan ungkapan ini sebagai landasan untuk melegalkan dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan niat baiknya, baik dalam urusan dunia maupun agama. Misalnya, demi mewujudkan niat beribadah kepada Allah Azza wa Jalla , namun segala cara ditempuh termasuk cara yang mengandung bid’ah atau maksiat.

Sebagian yang lain ingin menegakkan agama dan membela kehormatan kaum Muslimin tetapi mereka menempuh cara-cara yang sangat buruk dengan melancarkan aksi teror, membunuh, mencuri serta bom bunuh diri.

Dalam urusan dunia, ada yang ingin menggenggam jabatan dan kedudukan, Namun dengan melegalkan suap, bohong dan tindak kezaliman. Kekayaan dan harta melimpah termasuk di antara yang menyilaukan banyak orang sehingga segala cara untuk meraihnya ditempuh, tanpa peduli halal dan haram.

Itulah sebagian fakta zaman sekarang ini, kehidupan materialis yang sangat ter warnai fitnah syubhat dan syahwat. Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah status ungkapan ‘apa pun dilakukan, yang penting niat dan tujuannya baik’ dalam pandangan Islam? Apakah tujuan yang baik boleh menghalalkan segala cara? Jawabannya adalah TIDAK!

Dari Al-Baro’ bin ‘Azib, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami pada waktu hari ‘iedul adha, lalu ia berkata, “Barangsiapa yang sholat ‘ied kemudian menyembelih hewan kurban maka dia telah benar dan barangsiapa yang menyembelih sebelum sholat ‘ied maka sembelihannya hanyalah sembelihan biasa (bukan sembelihan kurban) (Dalam riwayat yang lain (HR Al-Bukhari no 985) “Maka hendaknya ia menyembelih sembelihan yang lain sebagai gantinya!)”. Abu Burdah bin Niyaar berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah aku telah menyembelih sembelihanku sebelum aku keluar untuk shalat ‘Ied, dan aku mengetahui bahwasanya hari ini adalah hari makan minum maka akupun bersegera (menyembelihnya) lalu memakannya dan aku memberi makanan kepada keluargaku dan para tetanggaku”. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Daging sembelihanmu itu hanyalah daging biasa (bukan daging kurban)”( HR Al-Bukhari no 983)

Berkata Ibnu Hajar, “Syaikh Abu Muhammad bin Abi Hamzah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa suatu amalan meskipun dibangun di atas niat yang baik namun jika tidak sesuai dengan syariat maka tidak sah” (Fathul Bari 10/22, syarah hadis no 5557).

Karena Niat Baik Saja Tidak Cukup

Segala sesuatu memang tergantung niatnya, tapi niat saja tidak cukup!

Niatnya baik untuk beri makan orang miskin, tapi karena tidak punya uang mendapatkannya dengan mencuri: hasilnya pun jadi tidak baik.

Niatnya baik menutupi aurat, dengan berhijab tapi tidak syari: hasilnya juga tetap menjadi tidak baik.

Niatnya baik supaya ekonomi keluarga tercukupi, tapi caranya dengan kerja yang tidak halal: hasilnya pun menjadi tidak baik juga.

Niatnya baik ingin dapat pahala banyak, saking semangatnya shalat subuh yang 2 rakaat jadi 4 rakaat: hasilnya tidak baik, yaitu tidak diterima shalat.

Niatnya baik ingin melancarkan puasa sunah, walaupun semalam begadang dan lupa sahur, atau sahur tanpa diasupi makanan dan gizi yang seimbang: hasilnya tidak baik, karena fisik jadi lemah dan sakit, pekerjaan tidak dilakukan maksimal.

Ya niat baik saja tidak cukup untuk mendapatkan hasil yang baik, Allah telah tetapkan aturanNya sesuai Quran dan Hadits.

“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim” (QS 7:177)

Tingkatkan Ilmu

Tahu kenapa dokter harus belajar? Karena penyakit tidak bisa disembuhkan hanya dengan niat baik. Walau niat ingin mengobati, tapi jika ilmu tak mumpuni, bisa saja meracuni.

“Dengar, kau tidak akan bisa menyelamatkan seseorang hanya dengan kebaikan hati! Jika kau ingin menyelamatkan seseorang pelajarilah ilmu kedokteran” (Dr. Hiluluk dalam anime One Piece)

Mengapa tidak semua amal (yang di kira) baik itu diterima?     “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan dari kami maka tertolak” (HR. Muslim)

Mengapa sekalipun itu cinta, ia harus di ilmui? Karena, memang ada yang pacaran dengan niat tulus ingin menjaga, saling memotivasi, dan mengenal lebih jauh. Tanpa ada niat apa-apa, tanpa maksud macam-macam. Tapi niat baik saja tidak cukup wahai hati, cara juga harus benar, agar kebaikan jadi sempurna. Pacaran itu bukan hanya tentang niat baik, tapi membuat kesempatan berbuat mesum terbuka lebar. Tak perlu di beri contoh, karena banyak yang sudah alami. Untuk itu ilmuilah cinta, agar ia tidak berujung derita dan kawal perasaan dengan takwa agar cinta membawamu ke surga ^^

“Dari Aburairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun tenang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan dalam hal yang bisa jadi merugikan kepentinganmu’.” [HR. Muslim, Shahih: Muslim (1836); An-Nasa’i (7/140)].

“Sami na wa athana” Kami mendengar dan kami taat! Bukan kami mendengar lalu lihat-lihat dulu, ini perintah Allah jangan berani ingkari.

Wallahu’alam Bishawab.

[Download] 5014 Kumpulan Font Gratis

Pada posting blog kali ini, saya ingin berbagi font-font yang sudah saya kumpulkan dan tentunya gratis.

Salah satu hal penting dalam sebuah project desain grafis adalah memilih jenis font yang tepat (tipografi). Semoga koleksi 5014 font ini dapat bermanfaat.

Selamat mendownload: Download 5014 Koleksi Font Gratis

Mari Berpikir Menang-Menang

Seorang Guru membuat garis sepanjang 10 cm di atas papan tulis, lalu berkata. “Anak-anak, coba perpendek garis ini!”

Anak pertama maju ke depan, ia menghapus 2 cm dari garis itu, sekarang garis tersebut menjadi 8 cm.

Pak Guru mempersilakan anak ke-2. Ia pun melakukan hal yang sama, sekarang garisnya tinggal 6 cm.

Anak ke 3 dan ke 4 pun maju ke depan, sekarang garis itu tinggal 2 cm.

Terakhir, anak yang bijak maju ke depan, ia membuat garis yang lebih panjang, sejajar dengan garis pertama, yang tinggal 2 cm itu.

Sang Guru menepuk bahunya, “Kau memang bijak. Untuk membuat garis itu menjadi pendek, tak perlu menghapusnya – cukup membuat garis yang lebih panjang. Garis pertama akan menjadi lebih pendek dengan sendirinya.”

Untuk memenangkan tak perlu mengecilkan yang lain, tak usah menjelekan yang lain, karena secara tidak langsung, membicarakan kejelekan yang lain adalah cara tak jujur untuk memuji diri sendiri. Cukup lakukan kebaikan terbaik yang dapat kita lakukan untuk semuanya, biarkan waktu yang akan membuktikan kebaikan tersebut.

***

Baca lebih lanjut