Niat Baik Saja Tidak Cukup

Pada suatu hari seorang suami meminta istrinya untuk membuat rendang ala masakan Padang. Lalu si istrinya mempersiapkan segala sesuatu untuk membuatnya dengan niat baik, memenuhi keinginan suaminya. Tapi cara membuatnya salah, seharusnya diberi santan kelapa tapi dia beri kecap. Maksudnya supaya berwarna kehitam-hitaman, karena begitulah warna rendang yang dia tahu. Akhirnya masakan itu tidak jadi RENDANG, tapi jadi SEMUR. Niatnya memang sudah baik tapi caranya tidak benar sehingga dia tidak mencapai tujuannya untuk membuat rendang.

Jika ada seseorang yang membangun rumah hanya bermodalkan niat baik saja, dia tidak mengerti bangunan dan dia tidak mengerti teori membangun rumah apakah dia akan berhasil membangun rumah yang baik dan nyaman serta kokoh? Saya rasa jawabannya tidak, lalu bagaimana apabila ada seseorang yang ingin menyetir mobil manual hanya bermodalkan niat baik saja, dia tidak mengerti bagaimana menselaraskan antara pedal kopling dan pedal gas, hanya bermodalkan niat baik apakah dia bisa mengendarai mobil tersebut? Saya rasa jawabannya pun tidak.

Bagaimana dengan agama kita? Bagaimana dengan shalat kita, puasa kita, zikir kita, shalawat kita, istigasah kita, istianah kita dan ibadah-ibadah yang lain? Mungkinkah akan mencapai sukses di dunia dan di akhirat hanya bermodalkan niat baik? Maka jawabannya sama dengan sebelumnya, TIDAK! Nabi bersabda dalam hadits Muslim; “Barang siapa yang mengerjakan amal ibadah yang tidak pernah kami contohkan, kami ajarkan, kami terangkan, kami syariatkan maka amal ibadah tersebut tertolak”

“Yang penting niat dan tujuannya baik”, itulah ungkapan yang sering didengar dari para pelaku perbuatan yang menyelisihi syariat, ketika tidak lagi memiliki alasan lain. Ungkapan ini dijadikan tameng untuk menangkis teguran dan kritikan yang diarahkan kepadanya.

Bahkan ada yang menjadikan ungkapan ini sebagai landasan untuk melegalkan dan menghalalkan segala cara demi mewujudkan niat baiknya, baik dalam urusan dunia maupun agama. Misalnya, demi mewujudkan niat beribadah kepada Allah Azza wa Jalla , namun segala cara ditempuh termasuk cara yang mengandung bid’ah atau maksiat.

Sebagian yang lain ingin menegakkan agama dan membela kehormatan kaum Muslimin tetapi mereka menempuh cara-cara yang sangat buruk dengan melancarkan aksi teror, membunuh, mencuri serta bom bunuh diri.

Dalam urusan dunia, ada yang ingin menggenggam jabatan dan kedudukan, Namun dengan melegalkan suap, bohong dan tindak kezaliman. Kekayaan dan harta melimpah termasuk di antara yang menyilaukan banyak orang sehingga segala cara untuk meraihnya ditempuh, tanpa peduli halal dan haram.

Itulah sebagian fakta zaman sekarang ini, kehidupan materialis yang sangat ter warnai fitnah syubhat dan syahwat. Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah status ungkapan ‘apa pun dilakukan, yang penting niat dan tujuannya baik’ dalam pandangan Islam? Apakah tujuan yang baik boleh menghalalkan segala cara? Jawabannya adalah TIDAK!

Dari Al-Baro’ bin ‘Azib, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah kepada kami pada waktu hari ‘iedul adha, lalu ia berkata, “Barangsiapa yang sholat ‘ied kemudian menyembelih hewan kurban maka dia telah benar dan barangsiapa yang menyembelih sebelum sholat ‘ied maka sembelihannya hanyalah sembelihan biasa (bukan sembelihan kurban) (Dalam riwayat yang lain (HR Al-Bukhari no 985) “Maka hendaknya ia menyembelih sembelihan yang lain sebagai gantinya!)”. Abu Burdah bin Niyaar berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah, demi Allah aku telah menyembelih sembelihanku sebelum aku keluar untuk shalat ‘Ied, dan aku mengetahui bahwasanya hari ini adalah hari makan minum maka akupun bersegera (menyembelihnya) lalu memakannya dan aku memberi makanan kepada keluargaku dan para tetanggaku”. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Daging sembelihanmu itu hanyalah daging biasa (bukan daging kurban)”( HR Al-Bukhari no 983)

Berkata Ibnu Hajar, “Syaikh Abu Muhammad bin Abi Hamzah berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa suatu amalan meskipun dibangun di atas niat yang baik namun jika tidak sesuai dengan syariat maka tidak sah” (Fathul Bari 10/22, syarah hadis no 5557).

Karena Niat Baik Saja Tidak Cukup

Segala sesuatu memang tergantung niatnya, tapi niat saja tidak cukup!

Niatnya baik untuk beri makan orang miskin, tapi karena tidak punya uang mendapatkannya dengan mencuri: hasilnya pun jadi tidak baik.

Niatnya baik menutupi aurat, dengan berhijab tapi tidak syari: hasilnya juga tetap menjadi tidak baik.

Niatnya baik supaya ekonomi keluarga tercukupi, tapi caranya dengan kerja yang tidak halal: hasilnya pun menjadi tidak baik juga.

Niatnya baik ingin dapat pahala banyak, saking semangatnya shalat subuh yang 2 rakaat jadi 4 rakaat: hasilnya tidak baik, yaitu tidak diterima shalat.

Niatnya baik ingin melancarkan puasa sunah, walaupun semalam begadang dan lupa sahur, atau sahur tanpa diasupi makanan dan gizi yang seimbang: hasilnya tidak baik, karena fisik jadi lemah dan sakit, pekerjaan tidak dilakukan maksimal.

Ya niat baik saja tidak cukup untuk mendapatkan hasil yang baik, Allah telah tetapkan aturanNya sesuai Quran dan Hadits.

“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim” (QS 7:177)

Tingkatkan Ilmu

Tahu kenapa dokter harus belajar? Karena penyakit tidak bisa disembuhkan hanya dengan niat baik. Walau niat ingin mengobati, tapi jika ilmu tak mumpuni, bisa saja meracuni.

“Dengar, kau tidak akan bisa menyelamatkan seseorang hanya dengan kebaikan hati! Jika kau ingin menyelamatkan seseorang pelajarilah ilmu kedokteran” (Dr. Hiluluk dalam anime One Piece)

Mengapa tidak semua amal (yang di kira) baik itu diterima?     “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan dari kami maka tertolak” (HR. Muslim)

Mengapa sekalipun itu cinta, ia harus di ilmui? Karena, memang ada yang pacaran dengan niat tulus ingin menjaga, saling memotivasi, dan mengenal lebih jauh. Tanpa ada niat apa-apa, tanpa maksud macam-macam. Tapi niat baik saja tidak cukup wahai hati, cara juga harus benar, agar kebaikan jadi sempurna. Pacaran itu bukan hanya tentang niat baik, tapi membuat kesempatan berbuat mesum terbuka lebar. Tak perlu di beri contoh, karena banyak yang sudah alami. Untuk itu ilmuilah cinta, agar ia tidak berujung derita dan kawal perasaan dengan takwa agar cinta membawamu ke surga ^^

“Dari Aburairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Hendaklah kalian selalu mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun tenang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan dalam hal yang bisa jadi merugikan kepentinganmu’.” [HR. Muslim, Shahih: Muslim (1836); An-Nasa’i (7/140)].

“Sami na wa athana” Kami mendengar dan kami taat! Bukan kami mendengar lalu lihat-lihat dulu, ini perintah Allah jangan berani ingkari.

Wallahu’alam Bishawab.

Tinggalkan komentar