LANDASAN BERFIKIR FILSAFAT, MANFAAT DAN PENERAPANYA, PEMBAGIAN FILSAFAT, CIRI-CIRI FILSAFAT DAN LANDASAN FILSAFAT

PENGERTIAN FILSAFAT

Pengertian filsafat menurut para ahli yaitu:

Secara umum

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan.Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. dan Mustakim, S.Pd.,MM,

Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

Al Farabi

Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.

Plato ( 428 -348 SM )

Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

Aristoteles ( 384 – 322 SM)

Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Cicero ( 106 – 43 SM )

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu), yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

Paul Nartorp (1854 – 1924 )

Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar) yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

Imanuel Kant ( 1724 – 1804 )

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.

  1. Apakah yang dapat kita kerjakan ? (jawabannya Metafisika)
  2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)
  3. Sampai dimanakah harapan kita ? (jawabannya Agama)
  4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )

Notonegoro

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.

Driyakarya

Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan“.

Sidi Gazalba

Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.

Harold H. Titus (1979 )

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep);   Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Hasbullah Bakry

Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

Prof. Mr. Mumahamd Yamin

Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.

Prof.Dr. Ismaun, M.Pd.

Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

Bertrand Russel

Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

 

LANDASAN BERFIKIR FILSAFAT

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat adalah 1) Keheranan; 2) Kesangsian; 3) Kesadaran akan keterbatasan karena merasa dirinya sangat kecil, sering menderita, dan sering mengalami kegagalan. Hal ini mendorong pemikiran bahwa di luar manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Dalam kehidupan, adakalanya kita dapat menggolongkan manusia kedalam beberapa jenis berdasarkan pengetahuannya, yaitu:

  • Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya;
  • Orang yang mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya;
  • Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang diketahuinya;
  • Orang yang tidak mengetahui tentang apa yang tidak diketahuinya.

Orang dapat memperoleh pengetahuan yang benar apabila orang tersebut termasuk golongan 1) dan sekaligus 2) yaitu Orang yang mengetahui tentang apa yang diketahuinya sekaligus Orang yang mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Dengan demikian maka filsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita ketahui. Pengetahuan diperoleh dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari kedua-duanya.

Tidak semua orang mampu berfilsafat, orang yang akan mampu berfilsafat apabila memiliki sifat rendah hati, karena memahami bahwa tidak semuanya akan dapat diketahui dan merasa dirinya kecil dibandingkan dengan kebesaran alam semesta. Filsuf Faust mengatakan : ”Nah disinilah aku, si bodoh yang malang, tak lebih pandai dari sebelumnya”. Socrates menyadari kebodohannya dan berkata “yang saya ketahui adalah bahwa saya tak tahu apa-apa”. Sifat selanjutnya adalah bersedia untuk mengoreksi diri dan berani berterus terang terhadap seberapa jauh kebenaran yang sudah dijangkaunya. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita alami sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri sendiri mengenai:

  1. Apakah yang sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu?;
  2. Apakah ciri-ciri yang hakiki tentang ilmu dibanding dengan yang bukan ilmu?;
  3. Bagaimanakah saya tahu bahwa ilmu yang saya ketahui memang benar?;
  4. Kriteria apa untuk menentukan kebenaran?;
  5. Mengapa kita harus mempelajari ilmu?;
  6. Apakah kegunaan ilmu itu?.

Befilsafat adalah merenung, orang berfilsafat diibaratkan seperti seseorang di malam hari yang cerah memandang ke langit melihat bintang-bintang yang bertaburan dan merenungkan hakekat dirinya dalam lingkungan alam semesta. Hamlet berkata “Ah Horaito, masih banyak lagi di langit dan di bumi, selain yang terjaring dalam filsafatmu”. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang pertama yaitu “menyeluruh”.

Seorang yang picik akan merasa sudah memiliki ilmu yang sangat tinggi dan memandang oang lain lebih rendah, atau meremehkan pengetahuan orang lain, bahkan meremehkan moral, agama, dan estetika. Orang yang berfilsafat seolah-olah memandang langit sembari merenungkan bahwa betapa kecil dirinya dibandingkan seisi alam semesta, bahwa betapa diatas langit masih ada langit, dan akhirnya dia menyadari kekerdilan dan kebodohannya. Seperti Socrates yang berkata ”Ternyata saya tak tahu apa-apa”. Selanjutnya Socrates berpikir filsafati yakni dia tidak percaya bahwa ilmu yang sudah dimilikinya itu benar dan bertanya-tanya mengenai apakah kriteria untuk menyatakan kebenaran?, apakah kriteria yang digunakan tersebut sudah benar?, dan apakah hakekat kebenaran itu sendiri?. Socrates berpikir tentang ilmu secara mendalam dan ini merupakan karakteristik berpikir filsafat yang kedua yaitu “mendasar”.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut berputar-putar dan melingkar yang seharusnya mempunyai titik awal dan titik akhir. Namun bagaimana menentukan titik awal?. Akhirnya untuk menentukan titik awal, kita hanya bisa berspekulasi. Inilah karakteristik berpikir filsafat yang ketiga yaitu “spekulatif”.

Akhirnya kita menyadari bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dari spekulasi. Dari serangkaian spekulasi kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Dengan demikian lengkaplah 3 karakter berpikir filsafat yaitu meneyeluruh, mendasar dan spekulatif.

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.

Objek Material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Dalam gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Objek material filsafat (segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat) setidaknya ada 3 persoalan pokok, 1) Hakikat Tuhan, 2) Hakikat Alam, 3) Hakikat Manusia. Maka ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi), dan filsafat tentang akhirat (teologi – filsafat ketuhanan dalam konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan). Antropologi, kosmologi dan teologi sekalipun kelihatan terpisah akan tetapi saling berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Ada beberapa pengertian objek material filsafat, yaitu:

  1. Segala bentuk pemikiran manusia tentang sesuatu yang ada dan mungkin ada;
  2. Segala persoalan pokok yang dihadapi manusia saat dia berpikir tentang dirinya dan tempatnya di dunia;
  3. Segala pengetahuan manusia serta apa yang ingin diketahui manusia.

Dalam hal ini permasalahan yang dikaji oleh filsafat meliputi:

  1. Logika ( benar dan salah )
  2. Etika ( baik dan buruk )
  3. Estetika ( indah dan jelek )
  4. Metafisika (zat dan pikiran )
  5. Politik ( organisasi pemerintahan yang ideal).

Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Misalnya objeknya “manusia” yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. Objek formal filsafat ilmu merupakan sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.

METODE FILSAFAT

Metode dan filsafat mempunyai hubungan erat, karena secara tidak langsung filsafat membutuhkan metode untuk mempermudah dalam berfilsafat. Untuk mempelajari filsafat ada tiga macam metode: 1) metode sistematis, 2) metode historis, dan 3) metode kritis menggunakan filsafat/pemikiran lain.

Menggunakan metode sistematis, berarti seseorang menghadapi dan mempelajari karya filsafat. Misalnya mula-mula ia menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat, setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat tatkala membahas setiap cabang atau cabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatiannya terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pun periode.

Adapun metode historis digunakan apabila seseorang mempelajari filsafat dengan cara mengikuti sejarah, terutama sejarah pemikiran. Metode ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales beserta riwayat hidupnya, pokok ajarannya dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas setelah mengetahui Thales dari mulai pemikiranya, dilanjutkan lagi membicarakan tokoh selanjutnya, misalnya Heraklitus, Pramendes, Sokrates, Demokritus, Plato, dan tokoh-tokoh lainnya.

Metode kritis digunakan oleh orang yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pengguna metode ini haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat, langkah pertama dengan memahami isi ajaran, kemudian mengajukan kritiknya. Kritik itu dapat menggunakan pendapatnya sendiri atau pun orang lain.

CABANG-CABANG FILSAFAT

Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini kemudian bertambah lagi, pertama teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, tetang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran (metafisika), dan kedua kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal (politik). Kelima cabang utama ini berkembang lagi menjadi cabang filsafat yang lebih spesifik mencakup:

  1. Epistemologi (filsafat pengetahuan)
  2. Etika (filsafat moral)
  3. Estetika (filsafat seni)
  4. Metafisika
  5. Politik (filsafat pemerintahan)
  6. Filsafat agama
  7. Filsafat ilmu
  8. Filsafat pendidikan
  9. Filsafat hukum
  10. Filsafat sejarah
  11. Filsafat matematika

LANDASAN FILSAFAT ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam atau ilmu-ilmu sosial, dan tidak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.

Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral atau profesional?.

Jika disimpulkan berbagai macam pertanyaan di atas maka yang pertama adalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah ontologis. Kedua, masuk dalam wilayah kajian epistemologis. Sedangkan yang ketiga adalah problem aksiologis. Semua disiplin ilmu pasti mempunyai tiga landasan ini.

 Bagan Landasan Filsafat IlmuGambar : Bagan Landasan Filsafat Ilmu

MANFAAT DAN PENERAPAN FILSAFAT

Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Oleh karena itu, dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana. Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup manusia, baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.

Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan, sehingga mampu meraih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup.

Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu mengakui harkat martabat orang lain, mengakui keberagaman dan keunggulan orang lain. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal, multidimensional, komprehensif, dan mendalam.

Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik.

Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Plato menghendaki kepala negara seharusnya seorang filsuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakan. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari, memberikan pandangan yang luas, merupakan sarana latihan untuk berpikir sendiri, memberikan dasar-dasar untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

Manfaatnya filsafat adalah sebagai alat mencari kebenaran dari gejala fenomena yang ada, mempertahankan, menunjang dan melawan/berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dll.

Jadi untuk memahami landasan filosofik dalam memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam 2 fungsi, yaitu: Sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendeskripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupa menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar sederhana.

Apabila dijabarkan, berikut ini manfaat atau kegunaan dari filsafat secara umum:

  1. Diperoleh pengertian yang mendalam tentang manusia dan dunia
  2. Diperoleh kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis tentang berbagai gejala dari bermacam pandangan
  3. Diperoleh dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam serta kritis dalam melaksanakan studi pada ilmu-ilmu khusus
  4. Diperoleh kenikmatan yang tinggi dalam berfilsafat (Plato)
  5. Dengan berfilsafat manusia berpikir dan karena berpikir maka manusia ada. Menurut Rene Descartes : karena berpikir maka saya ada (cogito ergo sum)
  6. Diperoleh kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban (Alfred North Whitehead)
  7. Filsafat merupakan sumber penyelidikan berdasarkan eksistensi tentang manusia (Maurice Marleau Ponty)

Kegunaan filsafat secara khusus ( dalam lingkungan sosial budaya Indonesia menurut Franz Magnis Suseno), meliputi:

  1. Menghadapi tantangan modernisasi melalui perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma filsafat agar dapat bersikap terbuka dan kritis;
  2. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengimplementasikannya;
  3. kritik yang membangun terhadap berbagai ketidakadilan sosial dan pelanggaran hak asasi manusia;
  4. Merupakan dasar yang paling luas dan kritis dalam kehidupan intelektual di lingkungan akademis;
  5. Menyediakan dasar dan sarana bagi peningkatan hubungan antar umat beragama berdasarkan Pancasila..

Manfaat lainnya dalam kaitannya terhadap ilmu:

  1. Agar tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual;
  2. Kritis terhadap aktivitas ilmu / keilmuan;
  3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus menerus sehingga ilmuwan tetap berada dalam koridor yang benar;
  4. Mempertanggungjawabkan metode keilmuwan secara logis dan rasional;
  5. Memecahkan masalah keilmuwan secara cerdas dan valid;
  6. Berfikir sintesis aplikatif (lintas ilmu kontekstual);

PENERAPAN FILSAFAT

Penerapan filsafat dalam sisi humanisme yaitu mengembangkan manusia dari segi keterampilan dan praktek hidup, sedangkan dari sisi aspek akademik yaitu menekankan nilai kognitif dan ilmu murninya. Keduanya merupakan aspek penting yang tidak dapat dipisahkan karena berperan untuk terus menganalisa dan mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang.

PERANAN FILSAFAT

  1. Pendobrak: Berabad-abad manusia tertawan dalam penjara tradisi, kebiasaan, dan mistik. Dengan filsafat, manusia mendobrak penjara tersebut dan menyadarkan bahwa kehidupan dalam penjara adalah kehidupan yang tidak benar.
  1. Pembebas: Filsafat bukan hanya mendobrak penjara tersebut, tetapi juga berhasil membawa keluar manusia dari penjara tersebut dan meninggalkan kebodohan, kepicikan, ketidakteraturan, kesesatan berpikir serta menuju ke dunia rasionalitas yang bebas dari hal-hal yang mengekang akal budi manusia
  1. Pembimbing: Filsafat kemudian membimbing manusia untuk berpikir rasional, luas, mendalam, sistematis, integral, dan koheren.
  1. Pendidikan:Dalam pendidikan Filsafat berperan untuk terus menganalisa dan mengkritisi aspek akademik (menekankan nilai kognitif dan ilmu murni) dan humanis (mengembangkan manusia dari segi ketrampilan dan praktik hidup) demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang.

PEMBAGIAN FILSAFAT

Aliran/Mahzab Filsafat

  1. Aliran Natural Phylosophi, yang menghargai alam dan wujud setinggi-tingginya dan menganggap bahwa alam bersifat abadi;
  2. Aliran Ketuhanan, mengakui zat-zat yang metafisik;
  3. Aliran Mistik, menganjurkan manusia jangan hanya menjangkau alam inderawi tetapi juga alam non inderawi agar sempurna;
  4. Aliran Kemanusiaan, menghargai manusia setinggi mungkin karena kesanggupan manusia memperoleh pengetahuan.

Berikut ini beberapa pembagian filsafat menurut beberapa para ahli :

Alcuinus, salah seorang tokoh “Filsafat Scholastik” pada zaman abad pertengahan membagi filsafat sebagai berikut :

  1. Bagian fisika yang menyelidiki apakah sebab-sebabnya sesuatu itu ada.
  2. Bagian etika yang menentukan tata hidup.
  3. Bagian logika yang mencari dasar-dasar untuk mengerti.

Al-Kindi ahli pikir dalam filsafat islam membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu :

  1. Ilmu fisika, tingkatan terendah;
  2. Ilmu matematika, tingkatan tengah;
  3. Ilmu ketuhanan, tingkatan tertinggi.

Al-Farabi dan Ibnu Sina membagi dua bagian yaitu filsafat teori dan filsafat praktek.

  1. Prof. DR. M. J. Langeveld membagi filsafat dalam tiga lingkungan masalah, yaitu :
  2. Lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika, manusia dan lain-lain);
  3. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (teori pengetahuan, teori kebenaran, logika);
  4. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan religi).

Prof. Alburey Castell membagi filsafat ke dalam enam bagian sebagai berikut :

  1. Masalah theologies;
  2. Masalah metafisika;
  3. Masalah epistimologi;
  4. Masalah etika;
  5. Masalah politik;
  6. Masalah sejarah.

H.De Vos membagi filsafat ke dalam sembilan golongan sebagai berikut :

  1. Logika;
  2. Metafisika;
  3. Ajaran tentang ilmu pengetahuan;
  4. Filsafat alam;
  5. Filsafat kebudayaan;
  6. Filsafat sejarah;
  7. Etika;
  8. Estetika;

Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :

  1. Dialetika, tentang ide-ide atau pengertian-pengertian umum;
  2. Fisika, tentang dunia materil;
  3. Etika, tentang kebaikan.

Aristoteles membagi 4 cabang yaitu :

  1. Logika;
  2. filsafat teoritis;
  3. filsafat praktis;
  4. filsafat peotika;

CIRI-CIRI FILSAFAT

  1. Radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya;
  2. Universal, berpikir tentang hal-hal yang bersifat umum dan bukan parsial;
  3. Konseptual, hasil generalisasi dari pengalaman individual;
  4. Koheren dan konsisten, sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis dan tidak mengandung kontradiksi;
  5. Sistematik, kebulatan dari sejumlah unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud;
  6. Komprehensif, mencakup secara menyeluruh, misalnya alam semesta secara keseluruhan;
  7. Bebas, hasil dari pemikiran yang bebas dari berbagai prasangka sosial, historis, kultural, maupun religious;
  8. Bertanggung jawab, terhadap hati nurani dan kepada orang lain.

KESIMPULAN

Landasan berpikir filsafat adalah untuk mencari hakikat kebenaran sesuatu yang sesungguhnya, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Filsafat memiliki beberapa ciri-ciri tertentu yaitu: radikal, universal, konseptual, koheren dan konsisten, Sistematik, komprehensif, dan bertanggung jawab.

Filsafat secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejaraf filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodelogi, epistimologi, filsafat ilmu, etika, estetika metafisika, teologi, filsafat manusia dan kelompok filsafat khusus. Adapun sejarah filsafat merupakan bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat sepanjang masa. Bagian ini meliputi sejarah filsafat islam.

Manfaat filsafat adalah sebagai alat mencari kebenaran dari gejala fenomena yang ada, mempertahankan, menunjang dan melawan/berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan. Menjadi sumber inspirasi da pedoman untuk kehidupan. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dll. Penerapan filsafat dalam 2 wilayah, yaitu humanisme dan akademik.

 

DAFTAR PUSTAKA

  • Bagus, Lorens (2002). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
  • Bakar, Osman (2008). Tauhid dan Sains. Bandung: Pustaka Hidayah.
  • Bakhtiar, Amsal (2004). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo.
  • Berten, K. (2006). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.
  • Fautanu, Idzam (2012). Filsafat Ilmu, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Referensi
  • Gazalba, Sidi (1978). Sistematika Filsafat, Pengantar Kepada Teori nilai. Jakarta: Bulan Bintang.
  • Idi, Abdullah dan Jalaluddin (2007). Filsafat Pendidika:Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Kartanegara, Mulyadi (2006). Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Jakarta: Baitul Ihsan..
  • Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua (2001) Ilmu Pengetahuan, sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius
  • Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi (2003.). Buku Daras Filsafat Islam. Bandung: Mizan.
  • Mulyana (2001). Filsafat Agama, Diktat Kuliah Filsafat Agama UIN Bandung. Bandung: FakUshuluddin.
  • Robert C. Solomon (1984). Etika Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
  • Surajiyo (2008). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
  • Suriasumantri, Jujun S. (2003) Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: PT Total GrafikaIndonesia.
  • Suryabrata, Sumadi (1987) Psikologi Pendidikan. Jakarta:Penerbit Rajawali.
  • Tafsir, Ahmad. (1990). Filsafat Umum, pengantar Filsafat, akal dan hati sejak Thales sampai Capra. Bandung: Rosdakarya.
  • William Shakespeare, Hamlet. Babak I, adegan 5

 

Tinggalkan komentar